Bapesitelda (2007) menyatakan bahwa kebutuhan kayu di Jawa Barat mencapai 4 juta m³ per tahun dan diperkirakan meningkat setiap tahunnya. Dalam lima tahun terakhir, luas hutan rakyat di Jawa Barat meningkat sekitar 9.500 hektar atau hampir 5 % per tahun. Pada tahun 2008, luas hutan rakyat di Jawa Barat mencapai 264.167 Ha. Hutan rakyat mempunyai peran penting dalam memasok kebutuhan kayu sehingga diharapkan dapat mengurangi eksploitasi hutan alam, hal ini dikarenakan rata-rata produksi kayu dari hutan rakyat di Jawa Barat sebesar 1,4 juta m3 dengan pertumbuhan 24 % per tahun (Litbang 2010). Apabila dibandingkan dengan kayu dari hutan alam, kayu dari hutan rakyat cenderung kurang menarik. Hal ini terlihat dari warna kayunya, yang rata-rata dinilai kurang variatif dan cenderung berwarna pucat. Oleh sebab itu, kayu yang berasal dari hutan rakyat masih perlu ditingkatkan kualitasnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kayu dari hutan rakyat adalah mengubah penampilan serta warna kayu tersebut dengan teknik fumigasi.
Fumigasi merupakan proses mereaksikan amonia dengan tanin dalam kayu pada suhu tertentu. Luza (2009) menyatakan bahwa teknik ini mampu mengubah warna kayu nangka menjadi lebih gelap dan mempunyai corak (tiger strip) yang menarik, dengan kondisi maksimum volume Amonium hidroksida 4 liter selama 48 jam. Oleh sebab itu, teknik ini diharapkan pula dapat diaplikasikan pada kayu jenis lain. Pada penelitian ini, aplikasi teknik fumigasi diterapkan pada kayu jenis Gohok, Bisbul, Kecapi, Kelapa, Durian, Nangka, Mindi, Melinjo, Puspa, Waru, dan Lamtoro. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini dicobakan amonia (Amonium hidroksida 25%) volume 2, 4 dan 6 liter selama 24, 48 dan 72 jam pada keadaan basah dan kering udara.
0 komentar:
Posting Komentar